Tarif AS Meningkat, Indonesia Waspada Hadapi Fragmentasi Ekonomi Global

Jakarta, 8 April 2025 – Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan fragmentasi ekonomi internasional, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang kokoh. Pemerintah merespons lonjakan tarif impor dari Amerika Serikat dengan berbagai strategi fiskal, reformasi struktural, dan diplomasi ekonomi untuk menjaga stabilitas nasional.

 

Dalam acara “Silaturahmi Bersama Presiden”, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan bahwa pemerintah terus mengantisipasi dampak perang tarif yang dipicu oleh kebijakan proteksionis Amerika Serikat terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia.

 

Pelemahan Sistem Multilateral dan Kenaikan Proteksionisme

Tatanan ekonomi global berbasis multilateralisme kian melemah. Lembaga-lembaga seperti WTO dan IMF kehilangan efektivitas dalam menyelesaikan sengketa dagang. Negara-negara kini lebih memilih aliansi regional dan kebijakan proteksionis. AS, misalnya, memberikan subsidi besar-besaran pada sektor strategis dan membatasi ekspor teknologi ke Tiongkok.

Kebijakan-kebijakan ini memperparah fragmentasi ekonomi global, mendorong praktik friendshoring, nearshoring, dan pergeseran dari perdagangan berbasis aturan ke blok-blok strategis.

 

Kebijakan Tarif AS dan Dampaknya ke Indonesia

Mulai Februari 2025, AS secara bertahap menaikkan tarif perdagangan terhadap negara-negara mitra dagangnya. Produk ekspor Indonesia seperti mesin elektrik, pakaian, dan alas kaki kini dikenai tarif hingga 64%, sementara Indonesia hanya menerapkan tarif balasan sebesar 32%.

Situasi ini menuntut respons strategis. Pemerintah mempertimbangkan dua opsi: memperluas investasi dan hambatan non-tarif, atau mengambil langkah balasan terbatas, sambil tetap membuka ruang diplomasi.

 

Pasar Keuangan Tertekan, Nilai Tukar Melemah

Akibat ketegangan tarif, pasar keuangan global mengalami tekanan. Nilai tukar rupiah melemah 0,8% sejak awal April, dan IHSG turun 7,8%. Investor global beralih ke aset aman seperti yen dan euro. Ketidakpastian ini juga meningkatkan risiko resesi global, sebagaimana diperingatkan oleh lembaga seperti J.P. Morgan dan S&P Global.

 

Ekspor Manufaktur dan Diversifikasi Pasar Jadi Kunci

Meski sektor tambang mengalami penurunan ekspor, manufaktur Indonesia tetap tumbuh dengan ekspansi yang solid. PMI Manufaktur pada Maret 2025 mencapai 52,4, melampaui rata-rata global. Ekspor manufaktur naik 29,6% yoy, terutama pada sektor tekstil, elektronik, dan furnitur.

Indonesia kini membidik peluang dari trade diversion, yaitu menggantikan posisi negara-negara seperti Tiongkok dan Vietnam yang tarifnya lebih tinggi. Namun, Indonesia juga harus bersaing dengan negara-negara seperti Filipina dan India yang tarifnya relatif lebih rendah.

 

Reformasi Pajak dan Kepabeanan Dorong Daya Saing

Melalui sistem digital Coretax, pemerintah mempercepat layanan restitusi dan pemrosesan pajak. Di bidang kepabeanan, sistem Price Range berbasis bukti diterapkan untuk mempercepat arus barang. Pemerintah juga meluncurkan National Logistic Ecosystem (NLE) untuk menurunkan biaya logistik dan mempercepat kegiatan ekspor-impor.

 

Fiskal 2025 Tetap Terkendali di Tengah Tekanan Global

APBN 2025 dijalankan dengan disiplin. Hingga Maret, defisit tercatat sebesar 0,43% terhadap PDB, dengan surplus keseimbangan primer sebesar Rp17,5 triliun. Pemerintah tetap menjaga stabilitas fiskal sambil mendukung belanja pembangunan dan perlindungan sosial.

Realisasi belanja negara juga sesuai dengan pola tahunan, termasuk bantuan sosial, subsidi energi, dan transfer ke daerah. Transfer ke daerah (TKD) naik menjadi Rp207,1 triliun, mendukung layanan pendidikan, kesehatan, dan program desa.

 

Danantara Indonesia Jadi Penggerak Investasi Strategis

Pemerintah mengandalkan Danantara Indonesia—Sovereign Wealth Fund nasional—untuk menggerakkan investasi produktif di sektor strategis. Fokus utamanya mencakup hilirisasi tambang, transisi energi, serta sektor kelautan dan pertanian. Dengan tata kelola yang transparan, Danantara diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi jangka menengah dan panjang.

 

Kesimpulan: Kesiapsiagaan Hadapi Dunia yang Kian Terfragmentasi

Peningkatan tarif perdagangan oleh AS menjadi simbol dari perubahan besar dalam arsitektur ekonomi global. Dalam situasi ini, Indonesia tidak tinggal diam. Pemerintah terus memperkuat ekspor manufaktur, menjaga fiskal tetap sehat, dan mendorong investasi jangka panjang.

Namun tantangan belum usai. Ketidakpastian global, risiko nilai tukar, dan persaingan internasional menuntut kebijakan yang adaptif dan berkelanjutan. Diversifikasi pasar ekspor dan penguatan sektor bernilai tambah kini menjadi prioritas untuk menjaga kedaulatan ekonomi nasional di tengah turbulensi global.

 

Penulis : Donny Maha Putra (Pegawai Kementerian Keuangan Republik Indonesia)