Penggunaan Galon Lebih dari 2 Tahun Berbahaya, Terkandung Zat BPA?

Hampir 40% galon yang beredar telah digunakan ulang >2 tahun berdasarkan survei dari Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) di 5 kota besar. Ketua KKI mengungkapkan beberapa produsen mengaku melakukan pencucian dan penggunaan ulang lebih dari 20 kali. Belum lagi proses distribusi yang tidak terkontrol dan galon terpapar sinar matahari langsung.

Usia pakai galon guna ulang berbahan polikarbonat memiliki risiko kesehatan yang berpotensi melepaskan zat Bisfenol A (BPA) di dalam air. KKI menghimbau agar konsumen melakukan pengecekan usia pada galon yang informasinya dapat dicek pada bagian bawah kemasan.

Badan POM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan yang mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA sebesar 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan polikarbonat (PC).

Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menegaskan usulan tolok ukur komitmen produsen untuk menjalankan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 6 Tahun 2024. Regulasi itu mewajibkan produsen AMDK dalam tenggat 4 tahun harus mencantumkan label peringatan jika bahan polikarbonat (PC) pada galon mengandung ΒΡΑ.


TAHUKAH KAMU?

Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration atau FDA) menyatakan bahwa angka aman paparan BPA pada tubuh adalah 5 mg/kg berat badan setiap harinya dan rata-rata orang terpapar BPΑ sebanyak 0,2-0,5 mikrogram/kg berat badan per hari.

Penumpukan BPA di dalam tubuh dari waktu ke waktu dapat menyebabkan stres oksidatif, yaitu kondisi di mana jumlah radikal bebas melebihi jumlah antioksidan di dalam tubuh. Zat Besfinol A (BPA) dikatakan berbahaya karena meniru cara kerja sejumlah hormon, termasuk hormon estrogen sehingga fungsi dan keseimbangan hormon dapat terganggu bahkan bisa mengurangi kesuburan.

Penumpukan radikal bebas akibat paparan BPA berlebih juga bisa menyebabkan terjadinya peradangan pada tubuh dan akhirnya memicu munculnya berbagai penyakit kronis, seperti obesitas, diabetes tipe 2, penyakit metabolik, penyakit jantung, dan kanker.

Foto : detik.com