Awas Berita Hoaks! Bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Berita Bohong?

Di era digital ini, kata “berita hoaks” sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Apalagi bagi kamu yang aktif di media sosial, keberadaan berita hoaks sudah menjadi pendamping tetap ketika menulusuri timeline.

 

Namun apakah semua orang sudah benar-benar mengerti apa itu berita hoaks?

Menurut survey dari Populix, 92,5% orang percaya bahwa arti dari “berita hoaks” adalah berita bohong yang disengaja. 67,5% percaya bahwa berita hoaks adalah berita yang menghasut, 44,4% menganggap berita hoaks adalah berita yang menyudutkan pihak lain, dan 21,9% beranggapan bahwa berita hoaks adalah berita yang bersifat anti-pemerintah.

Menurut KBBI, kata “hoaks” memiliki arti informasi bohong. Berita hoaks memiliki arti bahwa berita tersebut memiliki informasi bohong atau tidak benar.

 

Bagaimana orang-orang sadar bahwa berita yang didapatkan adalah berita hoaks?

Sebagai pengguna internet yang cerdas, tentunya kita akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari pengaruh dari berita hoaks. Namun terkadang, hal yang dihindari justru dikirimkan secara langsung kepada kita. Saat hal ini terjadi, terkadang kita menjadi kurang cermat saat memperhatikan kebenaran dari berita tersebut.

Survey yang sama mengatakan bahwa 39% orang baru sadar bahwa sebuah berita adalah berita hoaks ketika mereka mencari berita yang benar. 28,3% akan sadar atas kebohongan informasi tersebut mendapat penjelasan dari pihak yang terpercaya. Sementara, 16,8% sisanya mengandalkan klarifikasi dan koreksi di media massa dan media sosial.

 

Lalu, bagaimana kebiasaan masyarakat saat menerima berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya?

Data dalam survey menunjukan bahwa 72,1% dari masyarakat akan memeriksa kebenaran berita jika hal tersebut terjadi kepada mereka dan sebanyak 20,7% masyarakat memilih untuk tidak menggubris berita tersebut. Sebanyak 3,5% akan langsung menghapus berita tersebut, 2,5% akan menegur pengirim berita, dan 1,2% akan meneruskan berita tersebut jika mereka menganggap berita tersebut aman.

 

Namun, mengapa masih banyak orang-orang yang termakan berita hoaks?

Hal ini disebabkan oleh enggannya masyarakat dalam memeriksa kebenaran berita. Alasan yang diberikan atas sikap ini juga bervariasi. 45,5% masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk memeriksa kebenaran berita. 37,9% menganggap bahwa berita tersebut sudah diperiksa sebelumnya. 16,6% mengaku bahwa mereka enggan mengeluarkan dan menggunakan kuota untuk mendapat informasi lebih lanjut.

Selain itu, alasan lain banyaknya orang termakan berita hoaks adalah karena mereka benar-benar percaya bahwa berita tersebut mengandung informasi yang benar. Survey yang dilakukan menyimpulkan bahwa 72,2% dari masyarakat akan terkecoh tentang kebenaran sebuah berita jika berita tersebut memiliki sesuatu yang berkesan valid dan meyakinkan. 59,4% Dari masyarakat juga memiliki kecenderungan untuk memercayai sebuah berita jika dikirimkan oleh orang yang dipercaya. 16,1% Dari masyarakat mengakui bahwa mereka mempunyai kecenderungan termakan berita hoaks karena terbawa emosi, dan 14,3% masyarakat mengaku bahwa mereka akan mempercayai berita yang berasal dari afiliasi atau kubu yang mereka dukung.

Karena itu, sebagai pengguna internet yang bertanggung jawab, kita harus lebih berhati-hati dalam memilah berita yang kita konsumsi. Sebab, berita hoaks dapat menimbulkan bahaya jika mengandung informasi palsu yang sudah melewati batas. Ketika mendapat sebuah berita, ingatlah untuk selalu memeriksa kebenaran dari berita tersebut. Selain itu, berhati-hatilah dalam menyebar informasi. Ciptakan masyarakat yang lebih pintar, positif, dan bebas dari hoaks.